Senin, 01 Juni 2015

HIPOTYROID

Hipotyroid


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Hormon tiroid sangat penting untuk metabolisme energi, nutrisi, dan ion organik, termogenesis serta merangsang pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan, Pada periode kritis juga untuk perkembangan susunan syaraf pusat dan tulang. Hormon ini mempengaruhi beberapa jaringan dan sel melalui berbagai pola aktivasi genomik dan sintesis protein serta reseptor yang mempunyai arti penting untuk berbagai aktivitas. Hormon tiroid berpotensiasi dengan katekolamin (efek yang menonjol adalah hipertiroidisme), dan berefek pada pertumbuhan somatik dan tulang diperantai oleh stimulasi sintesis dan kerja hormon pertumbuhan dan IGF.
Disfungsi tiroid pada masa bayi dan anak dapat berakibat kelainan metabolik yang ditemukan pada dewasa, berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan, karena maturasi jaringan dan organ atau jaringan spesifik yang merupakan pengatur perkembangan bergantung pada efek hormon tiroid, sehingga konsekuensi klinik disfungsi tiroid bergantung pada usia mulai timbulnya pada masa bayi dan anak.
Apabila hipotiroidisme pada janin atau bayi baru lahir tidak diobati, menyebabkan kelainan intelektual dan atau fungsi neurologik yang menetap, ini menunjukan betapa pentingnya peran hormon tiroid dalam perkembangan otak saat masa tersebut. Setelah usia 3 tahun , sebagian besar perkembangan otak yang tergantung hormon tiroid sudah lengkap, hipotiroidisme pada saat ini mengakibatkan pertumbuhan lambat dan keterlambatan maserasi tulang, biasanya tidak menetap dan tidak berpengaruh pada perkembangan kognitif dan neurologik, sehingga perlu dilakukan skrinning untuk deteksi dan terapi dini.
Buruknya pengaruh hipotirod pada tumbuh kembang anak membuat penulis merasa perlu untuk mengetahui bagaimana cara mendeteksi kelainan ini secara dini dan bagaiman terapi yang tepat sehingga dapat mencegah ataupun memperbaiki kualitas tumbuh kembang anak selanjutnya.
1.2  Rumusan Masalah
a.anatomi fisiologi tiroid
b.mekanisme kerja hormon tiroid
c.pengertian hipotyroid
d.epidemiologi
e.etiologi
f.jenis-jenis hipotyroid
g.patofisiologi
h.manifestasi klinis
i.pemeriksaan diagnostik dan data penunjang
j.penatalaksanaan
k.prognosis
l.komplikasi
1.3 Tujuan Penulisan
a.mengetahui anatomi fisiologi tiroid
b.mengetahui bagaimana mekanisme kerja hormon tiroid
c.memahami pengertian hipotyroid
d.mengetahui epidemiologi yang terjadi pada kasus hipotyroid
e.memahami etiologi dari hipotyroid
f.mengetahui jenis-jenis hipotyroid
g.mampu menjelaskan patofisiologi hipotyroid
h.mengetahui apa saja manifestasi klinis dari hipotyroid
i.mengetahui hasil pemeriksaan diagnostik dan data penunjang dari hipotyroid
j.mengetahui bagaimana penatalaksanaan hipotyroid
k.mengetahui prognosis
l.mengetahui apa saja komplikasi dari hipotyroid



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi Kelenjer Endokrin
a.Struktur dari Hormon Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia. Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring. Lobus lateral kanan dan kiri terletak satu pada setiap sisi trakhea. Yang menghubungkan lobus adalah massa jaringan yang disebut isthmus, terletak di depan trakhea. Lobus yang berbentuk piramid, kecil, kadang-kadang melanjut ke atas dari isthmus. Kelenjar tiroid adalah satu-satunya kelenjar endokrin yang menyimpan hasil sekresinya dalam jumlah besar. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh untuk membakar energi, memproduksi  protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya.
      b.Struktur Kimia dan Produksi Hormon Tiroid
Hormon tiroid terutama berupa tioksi (Tetraiodotironin atau T4) dan triiodotironin ( T3). Kedua hormon ini mengandung ion iodida yang berikatan dengan cincin fenol dan tironin.
Di dalam plasma sebagian besar hormon tiroid yang berikatan dengan protein. Hormon tiroid tersebut berperanan sebagai cadangan dan bila diperlukan akan dapat dibebaskan untuk memenuhi kebutuhan hormon tiroid bebas dalam sel. Secara kuantitatif kadar hormon T4 di dalam plasma lebih besar dibandingkan T3, akan tetapi T3 mempunyai aktivitas 3 sampai 5 kali lebih besar dari T4.
2.2 Mekanisme Kerja Hormon Tiroid Dan Faktor Yang Terlibat
a.Distribusi dan Metabolisme Hormon Tiroid
Tiroksin dan T3 merupakan bentuk hormon tiroid yang disekresikan ke dalam pembuluh darah, selanjutnya akan berikatan dengan protein plasma darah. Jumlah T3 adalah 20% dan T4 adalah 80%. Bentuk pengikat tersebut adalah Thyroxine-Binding-Globulin (TGB), Thyroxine-Binding-Prealbumin (TBPA) dan albumin. Jumlah TBG di dalam plasma darah hanya sedikit, akan tetapi berikatan dengan T4 secara sangat kuat dan jumlah ikatan tersebut di dalam plasma adalah 45-60%. Afinitas dengan T3 hanya sepertiga dari T4 dan jumlahnya dapat mencapai 75% T3. Pengikatan T4 pada TBPA lebih rendah dibandingkan T4 dengan TGB, dan jumlahnya hanya 15-30%. T3 tidak berikatan dengan TBPA, sedangkan albumin berikatan dengan T3 dan T4 secara sangat lemah. Jumlah ikatan T3 dengan albumin 25% dan dengan T4 15%.
Bentuk ikatan hormon yang diuraikan di atas hormon adalah hormon yang tidak aktif secara fisiologik. Hormon tiroid yang aktif secara fisiologik adalah hormon yang bebas (tidak berikatan dengan protein) yang dapat memberikan efek fisiologik terhadap sel, dan berjumlah lebih kurang 0,05% T4 dan 0,5% T3.
Selanjutnya T3 dan T4 bila sampai pada hati, ginjal, otot atau pada jaringan lain akan menimbulkan berbagai reaksi. Gugus hidroksil pada cincin phenolic dapat berikatan dengan asam glukuronat dan sulfat, kemudian derivat keduanya diekskresikan ke dalam empedu. Kedua asam tersebut dapat dihidrolisis oleh enzim glukuronidase atau sulfatase pada saluran pencernaan makanan.
b.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Sekresi Hormon Tiroid
1.Faktor internal
adalah hipotalamus, hipofisis, dan kelenjar tiroid. Sebagian besar aktivitas kelenjar tiroid dipengaruhi oleh lobus anterior adenohipofisis yang mensekresikan Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Sekresi TSH dipengaruhi langsung oleh Thyritropin Releasing Hormone (TRH) yang disekresikan oleh hipotalamus dan dapat mencapai hipofisis melalui sistem portae hipotalamus.
2.Faktor eksternal
aktivitas kelenjar tiroid antara lain adalah suhu, lokasi, fotoperiodisitas dan kebisingan.
Sistem pendengaran sebagai organ yang menerima suara (kebisingan) memiliki hubungan langsung dengan sistem saraf simpatis pada hipotalamus, dan melalui hubungan yang demikian suara dapat ditanggapi oleh suatu organisme. Bila terjadi pemberian suara secara terus-menerus dapat mengakibatkan terjadi gangguan secara fisiologis.Respon tersebut dapat berupa adanya gangguan fungsi fisiologik pada organ tertentu, misalnya kelenjar tiroid.
2.3 Pengertian Hipotyroid
Hipotiroidisme adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan horon-hormon tiroid. (Rumahorbo,Hotma.1999).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid terutama tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3). Kedua hormon ini penting karena mereka ada di hampir setiap sel tubuh dan membantu dalam mengatur metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema. Hipotiroidisme terjadi karena penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid.(Akmal, Mutaroh., Zely Indahaan.,dkk. 2010).
2.4 Epidemiologi
Menurut survey yang dilakukan The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES 1999-2002)  dari 4.392 individu populasi AS dilaporkan mengalami hipotiroidisme (tingkat TSH> 4,5 mIU / L) sekitar  3,7% dari populasi. Hypothyroidism adalah lebih umum pada wanita dengan tubuh kecil ukuran saat lahir dan indeks massa tubuh rendah selama masa kanak-kanak . Kekurangan Yodium sebagai penyebab hipotiroidisme lebih umum terjadi di dunia  internasional. Prevalensi dilaporkan sebagai 2-5% tergantung pada studi, meningkat menjadi 15% pada usia 75 tahun.
Di negara maju, kematian yang disebabkan oleh hipotiroid jarang terjadi. NHANES 1999-2002 melaporkan bahwa prevalensi hipotiroidisme (termasuk subklinis) lebih tinggi dalam putih (5,1%) dan Amerika Meksiko daripada di Afrika Amerika (1,7%). Afrika Amerika cenderung memiliki nilai TSH yang lebih rendah. Studi masyarakat menggunakan kriteria yang sedikit berbeda untuk menentukan hipotiroidisme, karena itu, wanita-pria rasio bervariasi. Umumnya, penyakit tiroid lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria, dengan laporan prevalensi 2-8 kali lebih tinggi pada wanita.
Frekuensi hipotiroidisme, gondok, dan nodul tiroid meningkat dengan usia. Hypothyroidism adalah paling umum pada populasi lanjut usia, dengan 2% menjadi sebanyak 20% dari kelompok usia yang lebih tua memiliki beberapa bentuk hipotiroidisme. Studi Framingham ditemukan hipotiroidisme (TSH> 10 mIU / L) di 5,9% wanita dan 2,4% pria lebih tua dari 60 tahun. Pada laporan NHANES 1999-2002, kemungkinan memiliki hipotiroidisme adalah 5 kali lebih besar pada orang yang berusia 80 tahun dan lebih tua dari pada individu berusia 12-49 tahun.
2.5 Etiologi
a.Hashimoto's thyroiditis
b.Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
c.Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
d.Penyakit pituitari atau hipotalamus
e.Obat-obatan
f.Kekurangan yodium yang berat


2.6 Jenis-Jenis Hipotyroid
Hipotiroidisme terbagi dalam beberapa tipe. Bergantung pada lokasi timbulnya masalah,penyakit ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.Primer bila timbul akibat proses patologis yang merusak kelenjar tiroid.
b.Sekunder akibat defesiensi sekresi TSH hipofisis.
c.Hipotiroid tertier/ pusat dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH.
Bergantung pada usia awitan hipotiroidisme,penyakit ini dapat di klasifikasikan sebagai hipotiroidisme dewasa atau miksedema dan hipotiroidisme juvenilis (timbulnya sesudah usia 1 sampai 2 tahun),atau hipotiroidisme kengenital,atau kreatinin disebabkan oleh kekurangan hormon tiroid sebelum atau segera sesudah lahir.
2.7 Patofisiologi
a. Anatomi Patologi
Kelenjar tiroid/gondok terletak di leher bawah laring  bagian depan, kanan dan kiri. Panjangnya 5 cm menyatu di garis terngah dan beratnya kurang dari 20 gram. Kelenjar tiroid berfungsi mengatur metabolisme dan bertanggung jawab atas normalnya kerja sel tubuh. Kelenjar ini memproduksi kelenjar tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dan menyalurkan hormone tersebut ke pembuluh darah.
Yodium merupakan unsur penting hormone tersebut. Jika kelenjar tiroid kekurangan yodium maka kelenjar akan bekerja lebih aktif dan membesar. Pada orang sehat kadar hormone T3 dan T4 dipetahankan dalam batas normal oleh TSH. TSH diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior di bagian otak di belakang mata. Bila kadar hormone Tiroid menurun, produksi TSH meningkat.
b.Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung), penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi mengalami  arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat (Lukman and Sorrensons, 1993: 1810; Rumaharbo, H, 1999:).


2.8 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara lain lelah,suara parau,tidak tahan dingin dan keringat berkurang,kulit dingin dan kering,wajah membengkak,dan gerakan lamban. Aktivitas motorik dan intelektual lambat,dan relaksasi lambat dari refleks tendon dalam. Perempuan yang menderita hipotiroidisme sering mengeluh hiperminore.
Hipotiroidisme kongenital atau kretinisme mungkin sudah timbul sejak lahir,atau menjadi nyata dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Manifestasi dini kretinisme antara lain ikterus fisiologik yang menetap,tangisan parau,konstipasi,somnolen dan kesulitan makan. Selanjutnya anak menunjukkan kesulitan untuk mencapai perkembangan normal. Anak yang menderita hipotiroidisme kongenital memperlihatkan tubuh yang pendek,profil kasar,lidah menjulur ke luar,hidung yang lebar dan rata,mata yang jaraknya jauh,rambut jarang,kulit kering,perut menonjol hernia umbilikalis.
2.9 Pemeriksaan Diagnostik Dan Data Penunjang
a.Pemeriksaan Diagnostik
Tes-tes laboratorium yang digunakan untuk memastikan hipotiroidisme antara lain: kadar tiroksin dan triyodotironin serum yang rendah ,BMR yang rendah,dn peningkatan kadar kolesterol serum. Kadar  TSH serum mungkin tinggi mungkin pula redah,bergantung pada jenis hipotiroidisme. Pada hipotiroidisme primer,kadar TSH serum akan tinggi,sedangkan kadar tiroksin rendah. Sebaliknya,kedua pengukuran tersebut akan rendah pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder.
1.Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur jumlah TSH (Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.
2.Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertsier tidak dapat dengan hanya mengukur level TSH.Oleh karena itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih disuspek), sbb:
a)free triiodothyronine (fT3)
b)free levothyroxine (fT4)
c)total T3
d)total T4
e)24 hour urine free T3


b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi rangka menunjukkan tulang yang mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan,disgenesis epifisis,dan keterlambatan dalam perkembangan gigi. Komplikasi utama dari hipotiroidisme kongenital dan hipotiroidisme juvenilis yang tidak diketahui dan tidak diobati adalah retardasi mental. Keadaan ini dapat dicegah dalam memperbaiki hipotiroidisme secara dini. Para ahli medis yang merawat bayi baru lahir dan bayi kecil harus menyadari kemungkinan dini.
2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan atau penatalaksanaan hipotiroidisme meliputi tindakan bedah dan pemberian bahan sintesis tiroid antara lain engan pemberian tiroksin,biasanya dimulai dalam dosis rendah (50 mikrogram/hari),khususnya pada pasien yang lebih tua atau pada pasien dengan miksedema berat,dan setelah beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal 150 mikrogram/hari. Pada dewasa muda,dosis pemeliharaan maksimal dapat dimulai secepatnya. Pengukuran kadar TSH pada pasien hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan manfaat terapi pengganti. Kadar ini harus dipertahankan dalam kisaran normal. Pengobatan yang adekuat pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder sebaiknya ditentukan dengan mengikuti kadar iktiroksin bebas. 
2.11 Prognosis
Prognosis pada Hipotiroidisme Kongenital. Dengan adanya program skrining neonatus untuk mendeteksi hipotiroidisme congenital, prognosis untuk bayi yang terkena telah baik secara dramatis. Diagnosis awal dan pengobatan yang cukup sejak umur minggu pertama memungkinkaan pertumbuhan linear yang normal dan intelegensianya setingkat dengan saudara kandung yang tidak terkena. Beberapa program skrening melaporkan bahwa kebanyakan bayi yang terkena berat, seperti yang terlihat pada kadar Tterendah dan maturasi skeleton yang retardasi, mengalami sedikit pengurangan IQ dan skuele neuropsikologis lain. Tanpa pengobatan, bayi yang terkena menjadi cebol dengan defisiensi mental.hormon tiroid penting untuk perkembangan otak normal paa ulan-bulan awal pasca lahir; diagnosis biokimia harus dibuat segera dimulai untuk mencegah kerusakan otak irreversible. Penangguhan diagnosis, pengobatan yang tidak cukup, dan ketaatan yang jelek mengakibatkan berbagai tingkat kerusakan otak. Bila mulainya hipotiroidisme terjadi setelah umur 2 tahun, ramalan untuk perkembangan normal juah lebih baik walaupun diagnosis dan pengobatannya terlambat menunjukan betapa pentingnya hormone tiroid untuk kecepatan perkembangan otak bayi.
2.12 Komplikasi
Kardiak. Seetiap pasien yang sudah menderita hipotiroidisme untuk waktu yang lama hampir dapat dipastikan akan mengalami kenaikan kadar kolesterol, aterosklerosis dan penyakit arteri koroner. Setelah sekian lama metabolism berlangsung subnormal dan berbagai jarigan termasuk miokardium, memerlukan oksigen yang relative sedikit, maka penurunan suplai darah dapat ditolerir tanpa terjadi gejala penyakit arteri koroner yang nyata. Namun demikian, bila hormone tiroid diberikan, maka kebutuhan oksigen akan meningkat tetapi pengangkutan oksigen tidak dapat ditingkatkan kecuali atau sampai keadaan aterosklerosis diperbaiki. Keadaan ini akan berlangsung sangat lambat. Timbulnya angina merupakan tanda yang menunjukkan bhwa kebutuhan miokardium akan oksigen melampaui suplai darahnya. Serangan angina atau aritimia dapat terjadi ketika terapi penggantian tiroid dimulai, karena hormone tiroid akan meningkatkan efek katekolamin pada system kardiovaskuler.
Iskemia atau infark miokard dapat terjadi sebagai respon terhadap terapi pada penderita hipotiroidisme yang berat dan sudah berlangsung lama atau pada penderita koma miksedema. 
  
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipotiroidisme adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan horon-hormon tiroid. (Rumahorbo,Hotma.1999).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid terutama tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3). Kedua hormon ini penting karena mereka ada di hampir setiap sel tubuh dan membantu dalam mengatur metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema. Hipotiroidisme terjadi karena penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid.(Akmal, Mutaroh., Zely Indahaan.,dkk. 2010).
      a.Fungsi utama hormon tiroid adalah meningkatkan aktivitas metabolik seluler, sebagai hormon pertumbuhan, dan mempengaruhi mekanisme tubuh yang spesifik seperti sistem kardiovaskuler dan regulasi hormon lain.
      b.Diagnosis hipotiroidisme mengacu pada hasil pemeriksaan TSH, FT4, TSI, dan FT3 berdasarkan gejala klinis yang timbul.
      c.Penatalaksanaan hipotiroidisme meliputi tindakan bedah dan pemberian bahan sintesis tiroid.
3.2 Saran
Setelah terselesainya penyusunan makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui:
a.fungsi dari hormone tiroid.
b.mampu menjelaskan tetang bagaimana mekanisme kerja dari hormone tiroid.
c.megetahui bagaimana patofisiologi dan penatalaksaan hipotyroid.



infinite saranghae yongwonhi